Setiap orang memiliki makanan favorit yang dapat memberikan rasa nyaman dan menenangkan saat dikonsumsi. Makanan seperti ini dinamakan comfort food.
Apa itu comfort food?
Istilah comfort food merujuk pada makanan yang memberikan efek menenangkan baik secara fisik maupun emosional. Umumnya makanan ini dikaitkan dengan memori masa kecil dan pengalaman yang positif atau menyenangkan. Comfort food sering diasosiasikan dengan makanan rumahan yang dinikmati saat kecil dulu yang memiliki daya tarik nostalgia dan sentimental.
Penggunaan kata-kata yang merujuk pada comfort food dapat ditelusuri hingga tahun 1615 dalam novel Spanyol, Don Quixote. “Memberikan dia makanan yang menenangkan serta sesuai untuk kesehatan hati dan otak…”. Istilah comfort food di era modern dapat ditelusuri hingga tahun 1977, menurut Oxford Dictionary, saat kata tersebut termuat di dalam artikel koran Washington Post. Meskipun begitu, Cari Romm pada tahun 2015 menyebutkan bahwa istilah comfort food sudah digunakan oleh koran Palm Beach Post pada tahun 1966 dalam cerita mengenai obesitas. “Orang dewasa, ketika mengalami stres emosional yang berat, cenderung beralih ke apa yang disebut sebagai ‘comfort food’—makanan yang dikaitkan dengan rasa aman di masa kecil, seperti telur rebus buatan ibu atau sup ayam yang terkenal.“1.
Pemicu seseorang untuk mengonsumsi comfort food umumnya adalah ketika orang tersebut sedang merasakan emosi negatif, atau berusaha untuk mengatur emosi atau perasaannya. Saat mengonsumsi comfort food, orang tersebut berusaha untuk mencapai kondisi emosional yang lebih positif. Comfort food juga biasa dikonsumsi sebagai reward atau perayaan atas kesuksesan yang dicapai.
Contoh comfort food
Jenis comfort food bervariasi tergantung pada budaya dan negara. Sebagai contoh, yang dianggap comfort food di Indonesia antara lain sebagai berikut: bubur ayam, nasi goreng, mie instan, ayam goreng, martabak, terang bulan (martabak manis), pisang goreng, soto ayam, dan bakso. Yang termasuk kategori comfort food di negara barat antara lain: es krim, kopi, cokelat, sup ayam, dan kentang tumbuk. Karakteristik utama dari comfort food adalah rasanya yang lezat, secara umum tinggi kalori dengan kandungan karbohidrat atau gula yang tinggi, serta kemampuannya untuk membangkitkan perasaan nostalgia.
Cokelat sebagai comfort food
Salah satu makanan yang masuk dalam kategori comfort food adalah cokelat. Cokelat merupakan salah satu jenis comfort food yang paling populer di dunia. Berdasarkan survei terkait stress eating yang dilakukan di Jerman pada tahun 2021, cokelat (48.3%) dan kopi (45.9%) adalah dua comfort food utama yang paling banyak dipilih responden saat berada dalam kondisi stress. Hasil dari survei ini menguatkan hasil penelitian di Amerika yang menyebutkan bahwa cokelat merupakan comfort food yang paling sering disebut2.
Jenis-jenis cokelat
Cokelat tersedia dalam berbagai bentuk, mulai dari cokelat batangan hingga minum coklat panas yang membuat tubuh menjadi hangat. Cokelat sebagai makanan yang biasa kita konsumsi secara umum terbagi menjadi 3 jenis:
- Dark chocolate: Cokelat ini dibuat murni dengan kakao tanpa menambahkan lemak susu dan mengandung 70% hingga 100% kakao. Persentase biji kakao dalam dark chocolate paling sedikit 50%. Jadi dalam 70% kakao bisa terdiri dari 50% biji kakao dan 20% mentega kakao, atau 70% biji kakao. Semakin tinggi persentase kakaonya, semakin pahit rasanya. Dark chocolate dapat dikonsumsi langsung atau digunakan dalam masakan.
- Milk chocolate: Merupakan cokelat batangan yang dibuat dengan campuran susu. Dibandingkan dengan dark chocolate, milk chocolate memiliki warna yang lebih terang, rasa yang lebih manis dan tekstur yang creamy. Umumnya mengandung 40% kakao, walaupun ada juga dark milk chocolate dengan kandungan 50% kakao. Kandungan 40% tersebut bisa terdiri dari 20% biji kakao dan 20% mentega kakao. Campuran susu memberikan nutrisi tambahan pada cokelat berupa kandungan kalsium, walaupun biasanya kadar gulanya cenderung tinggi.
- White chocolate: Walaupun memiliki tekstur mirip milk chocolate, white chocolate terbentuk dari susu padat, lemak nabati, pemanis, lemak susu, dan mentega kakao dengan persentase 20% hingga 30%. White chocolate tidak mengandung cokelat padat dan tidak disarankan untuk terlalu sering dikonsumsi karena kandungan gulanya yang lebih tinggi dari dua tipe cokelat sebelumnya.
Sebagai minuman, cokelat dibagi menjadi dua tipe yaitu:
- Chocolate drink: Biasa disebut sebagai hot chocolate, adalah minuman yang terbuat dari cokelat batangan yang dilelehkan dengan cara dicampur dengan air panas atau susu panas dan dapat ditambahkan gula atau pemanis.
- Cocoa drink: Adalah minuman yang terbuat dari bubuk cokelat atau kakao (tanpa gula) yang dicampurkan dengan susu panas dan dapat ditambahkan gula atau pemanis sesuai selera. Variasi minuman cokelat dingin umumnya menggunakan bubuk kakao bukan cokelat batangan yang dicairkan.
Pengaruh Cokelat dalam Menurunkan Tingkat Stres dan Meningkatkan Mood
Berdasarkan laporan riset Michael Macht dan Jochen Mueller di tahun 2007 mengenai efek cokelat secara langsung terhadap suasana hati menunjukkan bahwa memakan cokelat yang lezat ketika dalam suasana hati negatif dapat seketika meningkatkan mood3.
Cokelat memiliki kandungan yang berperan dalam meningkatkan mood dan mengurangi stres. Beberapa zat utama yang terkandung dalam cokelat, seperti serotonin, theobromine, dan feniletilamin, berperan penting dalam memberikan efek psikologis positif. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
- Serotonin: Neurotransmitter yang berfungsi sebagai antidepresan alami, membantu meningkatkan perasaan bahagia dan menenangkan pikiran.
- Theobromine: Zat yang mirip dengan kafein, memberikan efek stimulan ringan yang membantu meningkatkan energi dan fokus.
- Feniletilamin (PEA): Senyawa ini dapat meningkatkan kadar dopamin dalam otak, memberikan perasaan senang dan mengurangi kecemasan.
- Flavonoid: Antioksidan yang ditemukan dalam cokelat hitam dapat membantu mengurangi peradangan dan meningkatkan aliran darah ke otak, yang berkontribusi pada peningkatan fungsi kognitif dan suasana hati yang lebih baik.
Beberapa studi juga menunjukkan bahwa mengonsumsi dark chocolate dalam jumlah moderat dapat mengurangi kadar hormon kortisol, yang merupakan hormon utama penyebab stres. Oleh karena itu, tidak heran jika cokelat menjadi pilihan banyak orang ketika mereka merasa stres atau ingin memperbaiki suasana hati.
Peran Krimer dalam Olahan Cokelat
Seiring dengan berkembangnya inovasi dalam dunia kuliner, olahan cokelat kini semakin beragam. Cokelat sebagai comfort food kini tidak hanya berbentuk minuman cokelat dan cokelat batangan saja. Berbagai jenis makanan seperti permen, kukis, kue, es krim, puding, roti, dan lain sebagainya dapat dikombinasikan dengan cokelat.
Agar cokelat lebih mudah dipadukan sebagai bahan dari makanan favorit kita, kini telah ada cokelat berbasis krimer. Dengan menggunakan krimer cokelat, Anda dapat membuat minuman dan makanan yang tidak hanya lezat dengan rasa cokelat yang otentik, tetapi juga memiliki tekstur creamy yang memberikan rasa lembut tanpa menggunakan produk susu asli.
Penggunaan krimer cokelat ini tidak hanya memberikan variasi rasa tetapi juga mempermudah produksi dan penyimpanan produk. Karena krimer memiliki masa simpan lebih lama dibandingkan susu segar, penggunaannya dalam industri makanan semakin diperhitungkan.
Kesimpulan
Comfort food adalah jenis makanan yang dapat memberikan kenyamanan emosional dan fisik bagi seseorang, dengan cokelat menjadi salah satu yang paling populer di seluruh dunia. Cokelat tidak hanya memiliki rasa yang nikmat, tetapi juga memberikan berbagai manfaat psikologis, seperti menurunkan stres dan meningkatkan mood. Dengan berbagai jenis cokelat dan olahan berbasis cokelat yang menggunakan krimer sebagai alternatif susu, pilihan untuk menikmati cokelat semakin beragam. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika cokelat tetap menjadi comfort food favorit banyak orang sepanjang masa.
Referensi :
- Romm, C. (2015). “Why Comfort Food Comforts”. Retrieved from https://www.theatlantic.com/health/archive/2015/04/why-comfort-food-comforts/389613/
- Gemesi, K., Holzmann, S. L., Kaiser, B., Wintergerst, M., Lurz, M., Groh, G., Böhm, M., Krcmar, H., Gedrich, K., Hauner, H., & Holzapfel, C. (2022). Stress eating: an online survey of eating behaviours, comfort foods, and healthy food substitutes in German adults. BMC public health, 22(1), 391. https://doi.org/10.1186/s12889-022-12787-9
- Macht, M., & Mueller, J. (2007). Immediate effects of chocolate on experimentally induced mood states. Appetite, 49(3), 667-674. https://doi.org/10.1016/j.appet.2007.05.004